Selasa, 21 Mei 2013

Waktu

Karya : Fadri Irman


(Suara music mengawali pertunjukan dantubuh-tubuh menggeliat risau di panggung kehidupan. Deskripsi teka-teki  berirama dalam aorta. Ruh teks bangkit dalamlaku yang selama ini beku tak menentu)

“Buyut nitipkeun ka puun
Nagara satelung puluh telu
Bangawan sawidak lima pancer salawenagara
Gunung teumenang dilebur
Lebak teu meunang dirusak
Larangan teu meunang direumpak
Buyut teu meunang dirobah
Lojor teumenang dipotong
Pendeuk teu meunang disambung
Nulain kudu dilainkeun
Nu ulah kudu diulahkeun
Nu enya kudu di enyakeun”



Marni              :(Memilin-milin baju yang ia kenakan, seperti anak kecil yang diinginkan takdikabulkan oleh Ibunya) “Moneter jiwa terkulai di negeri ini, validiasi hanyalelucon pada angka-angka, media mempbulikasikan keboborakan tak bermutu daniklan-iklan hanya membohongi wajah-wajah penasaran. Akkkhhhh kampanyekeserakahan di mana-mana.  Aku hanya tersipupada ruang dan waktu!”.
Asiah             :“Nampaknya kau sedang asyik bermain dengan waktu! Ayolah lupakan waktu –waktumu yang membuat kau bersendalu, tak guna. Masuklah kau pada waktu yangbaru, sebab waktu baru adalah waktu biru berjiwa syahdu!” (melirik ke arah Marniyang tetap pada waktu) “Wajah batu yang tetap pada waktu!” (menghela nafas) Bisakahkau menghentikan kebiasaanmu yang tak sesuai dengan zaman, tak guna kauberputar pada angka-angka yang sama!”
Furkon           :“Apa yang kau katakan itu adalah awal kehancuran yang memecah belahkan ideologidan memudarkan  kebudayaan”.
Asiah             :“Jangan kau berbicara budaya, sebab budaya ada karena keadaan, keadaan yang dibuat-buatbuat demi kepentingan”.
Furkon           :“Budaya ada ketika kau belum dilahirkan, budaya ada sebelum ada kekuasaan, jadibudaya ada karena cinta! Ingat itu, dan jangan pernah kau manipulasi dandipolitisi kebuadaayaan yang ada di negeri ini”.
Asiah             :“Hahhahahahahahh… kekekliruan telah merasuki aliran darah orang-orang lugu yangdipahatnya jadi batu!” (mencari) “manipulasi oleh para politisi semakindinikmati dan mereka berlomba-lomba menempatkan posisi pada barisan supayatidak terkena badai kekuasan! Mereka asyik mengarungi samudra kepicikan denganperahu keserakahan!”
Furkon           :“waktu beranjak dewasa, tapi manusia merubah zaman dengan mengkreasikanbelenggu-belenggu ketidak percayaan, ditata dalam medan makna yangmeninabobokan nestapa pada gentong kemunafikan!” (memainkan gentong)
Marni              :(meratap) “Aku dipacu waktu dan dibelenggu pada peristiwa yang tak pantas dilakukanorang padaku”
Furkon           :“belenggu apa yang kau katakana, jangan pernah mengada-ada”


Marni              :“Aku tak pernah mengada-ada, Seseorang pada waktu yang membuat buntu dalamsetiap sajak yang kutuangkan disapu oleh kepicikan dan keserakahan! Aku diseretdan dipaksa supaya mengakui apa yang tak pernah kulakukan!”
Asiah             :“Mungkin kau telah mengusiknya”
Marni              :“Aku tak pernah mengusik, aku hanya sekedar berkarya, sebab karya adalah nafaskebudayaan dan budahay adalah ruhnya pendidikan. (menangis) Bayangkan olehkalian setiap apa yang kulakukan dianggapnya salah, dan aku selalu dituduhsebagai pemicu setiap ada peristiwa yang tak pernah kulakukan, dia menginginkanmenjadi yang terbaik di antara waktu dan dia membuat pasukan robot yangseenaknya diperintah untuk memata-matai setiap gerak gerikku!”
Asiah             :“Sudahlah jangan kau ingat lagi peristiwa yang membuat  kau jadi kaku”
Furkon           :“Bersabarlah dan jadikan peristiwa itu sebagai inspirasi”
Manrni           :“Aneh bagiku,  kawan yang sejalandenganku malah dia jadi kerbau yang dicocoki hidungnya demi sebuah kedudukan,dia malah memata-mataiku dan selalu melaporkan pada tuanya”
Furkon           :“Kenapa kau umbar peristiwa itu dengan ratapanmu, sudahlah lupakan saja! Ingattakut ada yang memata-mataimu  dan kaudituduhnya talah mencemarkan nama baiknya.” (keluar panggung)
Asiah             :“tuangkan ratapanmu melalui sajak”
Marni              :“Pernah kutuangkan dalam sebuah sajak, tapi sajak itu telah jadi abu dibakaroleh kebenciannya. dalam setiap narasinya dengan bahasa persuasi diamendeskripsikan pada benak-benak lugu supa dipercaya apa yang tak pernahkuperbuat, sehingga banyak cucunguk-cucunguk yang liar akan celotehannya!”(Masuklah galih)
Galih              :“Diam! Apa yang sedang kau umbar!”
Asiah             :“siapa kau tiba-tiba membentak kami”
Marni              :“Dialah orangnya yang tadi kuceritakan yang ingin memainkan waku!”
Galih              :“Ayo kalian ikutlah denganku dan jangan pernah berdiskusi yang akan membuatmumati, ingat ketika kalian berdiskusi maka akan menghasilkan ide-ide yang taksepaham dengaku, ayo segera!”
Asiah             :“Kau tak berhak memaksa, mana nilai demokrasimu!”
Galih              :“hahahhaha jangan pernah bicara demokrasi, sebab demokrasi hanya milikku!”

(Galih meminkan waktulalu Marni dan Asiah terbawa akan permainan waktu)

Ibu                  :(menatap ke arah tubuh-tubuh) hentikan waktu-waktumu itu, sebab kitamasing-masing mempunyai waktu yang sama, tapi jalan yang berbeda. Ayo kalu kaumasih menentukan waktu yang bukan tentu hentikanlah! Segera!” (semua diamketika ibu bicara)
Marni              :“Ibu… kau kah ibu, ibu yang memberikan waktu-waktu dalam setiap langkahku! “
Asiah             :“Bu! Siapa waktu? Di mana waktu dan kapan waktu memihak padaku!”
Galih              :“Akulah waktu yang sedang kalian tuju”
Ibu                  :“Nak mainkanlah waktumu sendiri dan jangan kau paksa mereka masuk kewaktumu.Biarkan mereka memasuki waktumu sesuai keinginnannya. Nak 3 jarum saling bercengkrama.Jarum merah berpatroli dalam setiap nafas, jarum panjang menjadi aba-aba danjarum pendeklah pengambil keputusan itulah waktu. Ingatlah itu!”
Galih              :“Diam kau tua renta, sebab waktumu beranjak senja! (menarik ibu keluar diikutioleh Marni)

(kesedihan menerpaAsiah, masuklah Burhan)

Burhan          :(masuk) “masihkah ada waktu yang tak bermutu atau bermutukah waktuku dalamsetiap jejak. Hanya tanda seru menjadi tekanan dalam setiap waktu yang tidakpernah dimaknai oleh permainan waktu!” Asiah             :“jangan pernah kau berharap memainkan waktu!, sebab waktumu adalah waktuku danwaktuku adalah waktumu dan setiap waktu adalah waktu kita semua. Jangan pernahmengisi waktu dengan tinta kefanaan!”
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar