Senin, 12 Agustus 2013

Beranda Kelam



Karya : Rezzhna Ombak

Bagiku yang mencintaiku bukanlah dia yang selalu berkata mesra dihadapanku, dan mengatakan seberapa besar dia mencintaiku. Tapi, yang mencintaiku adalah dia yang selalu mengkhawatirkanku, selalu ingin tau kabarku, dan  selalu ingin membuatku bahagia. Dia yang selalu mengerti perasaanku tanpa harus aku pinta. Apakah orang sepertiku berhak mendapatkan yang seperti itu?
“Masihkah ada cinta untuku?” aku berharap-harap cemas dalam kerisauan.
“Nak, takdirmu berkata lain pada keadaan yang sedang kau lawan” Bayangan itu seperti memeluku.
“Tapi apakah takdirku harus tetap seperti ini. Berkecamuk dengan resah yang dibumbui dengan gundah?”
“Resahmu bukanlah ahir dari segalanya masih ada ketulusan didepan sana, walaupun entah kapan kau temui ketulusan itu”
“kau hanya menambah keputusasaan yang tengah kujelajah”
Aku kembali menatap senja yang dipeluk risau karena sang malam menelan indahnya. Hanya garis kelam yang terlukis dari buih ombak yang menebarkan bau duka. Senjaku kian merana kala malam itu datang dengan kelamnya dan menyapa dengan penuh kerisauan.
“Dinda, maukah kau menatap tubuh yang hina ini, aku selalu dipeluk nestapa, badanku penuh darah dan nanah melukiskan tinta luka. Kulitku menjadi kanvas lukisan tinta darah yang mengalir dalam gelisah?” Aku meratap penuh luka.
“Aku terbangun dari tidur panjangku untuk menatap semua keindahan, bukan menatap kelam seperti yang kau tunjukan, aku datang untuk kebahagiaan bukan untuk derita yang kau berikan” sembari enggan menatapku.
“Tapi aku yang membangunkanmu dari tidur panjang itu”
“Kau membangunkanku dengan risau dan resah yang terus menjamah. Aku ingin menatap indah”
“Seharusnya aku juga indah, karena hidup yang aku berikan untukmu”
“Tapi bukan seperti ini yang kumau”
“Kau harus berpikir setelah kubangunkan kau dari kelam, kau bisa kembali menjajaki malam, dan mencari indah yang selama ini kau idam”
“Aku lebih suka tidur bersama kelam, dari pada kutatap risaumu yang menjijikan’
“Sungguh kau wanita biadab, tak tau apa itu rasa terimakasih. Dibalik paras indahmu kau simpan kebusukan dan kemunafikan. Kau tanam bibit-bibit kesombongan, tanpa rasa belas kasihan”
“Hahahaha, aku memang kelam yang sangat kau idamkan. Keberadaanku begitu dibutuhkan. Kebiadabanku menjadi kesenangan, kebusukan dan kemunafikanku menjadi tantangan, dan kesombonganku semata adalah untuk menutup kisah risau yang kau ceritakan”
“Biadab kau”
“Matilah kau bersama beribu penderitaan”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar